Sunday, November 10, 2013

CABANG-CABANG BIOLOGI

1. Acarologi, ilmu yang mempelajari tentang acarina (tungau)1. Agronomi, ilmu yang mempelajari tentang tanaman budidaya2. Algologi, ilmu yang mempelajari tentang alga3. Anatomi atau ilmu urai tubuh, ilmu yang mempelajari tentang bagian-bagian tubuh4. Anatomi Perbandingan, ilmu mengenai persamaan dan perbedaan anatomi dari makhluk hidup.5. Anestesiologi, disiplin ilmu yang mempelajari penggunaan anestesi.6. Apiari, ilmu yang mempelajari tentang lebah termasuk ternak lebah7. Arachnologi, ilmu yang mempelajari tentang laba-laba.8. Artrologi, ilmu yang mempelajari tentang sendi (penyakit sendi)9. Bakteriologi, ilmu yang mempelajari tentang bakteri10. Bioinformatika, ilmu yang mempelajari penerapan teknik komputasional untuk mengelola dan menganalisis informasi biologis11. Biologi Molekuler, kajian biologi pada tingkat molekul12. Biologi Reproduksi, cabang biologi yang mendalami tentang perkembangbiakan13. Biokimia, kajian biologi yang mempelajari kimia makhluk hidup14. Biofisika. cabang ilmu biologi yang mengkaji aplikasi aneka perangkat dan hukum fisika untuk menjelaskan aneka fenomena hayati atau biologi15. Biogeografi, cabang dari biologi yang mempelajari tentang keaneka ragaman hayati berdasarkan ruang dan waktu16. Biostatistika, (gabungan dari kata biologi dengan statistika; kadang-kadang dirujuk sebagai biometri atau biometrika) adalah penerapan ilmu statistika ke dalam ilmu biologi17. Bioteknologi, cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup (bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim, alkohol) dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa.18. Botani, Ilmu yang mempelajari tentang tumbuhan19. Bryologi, ilmu yang mempelajari tentang lumut20. Dendrologi, ilmu yang mempelajari tentang pohon maupun tumbuhan berkayu lainnya, seperti liana dan semak21. Dermatologi, ilmu yang mempelajari kulit dan penyakitnya22. Ekologi, ilmu yang mempelajari tentang hubungan timbale balik antara makhluk hidup dan lingkungannya23. Epidemiologi, ilmu yang mempelajari tentang penularan penyakit24. Embriologi, ilmu yang mempelajari tentang perkembangan embrio25. Endokrinologi, ilmu yang mempelajari tentang hormone26. Entomologi, Ilmu yang mempelajari tentang serangga27. Etnobotani, ilmu yang mempelajari hubungan manusia dan tumbuhan28. Etnozoologi, ilmu yang mempelajari hubungan manusia dan hewan29. Etologi, cabang ilmu zoologi yang mempelajari perilaku atau tingkah laku hewan, mekanisme serta faktor-faktor penyebabnya30. Eugenetika, ilmu yang mempelajari tentang pewarisan sifat31. Evolusi, ilmu yang mempelajari perubahan makhluk hidup dalam jangka panjang32. Enzimologi, ilmu yang mempelajari tentang enzim33. Farmakologi,ilmu yang mempelajari obat-obatan, interaksi dan efeknya terhadap tubuh manusia34. Fikologi, Ilmu yang mempelajari tentang alga.35. filogeni, kajian mengenai hubungan di antara kelompok-kelompok organisme yang dikaitkan dengan proses evolusi yang dianggap mendasarinya36. Fisiologi, Ilmu yang mempelajari tentang faal/fungsi kerja tubuh37. Fisioterapi, Ilmu yang mempelajari tentang pengobatan terhadappenderita yang mengalami kelumpuhan atau gangguan otot38. Fitopatologi, cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari penyakit tumbuhan akibat serangan patogen ataupun gangguan ketersediaan hara39. Gastrologi, ilmu yang mempelajari tentang salurang pencernaan, terutama lambung dan usus40. Genetika, ilmu yang mempelajari tentang pewarisan sifat41. Genetika kuantitatif, Cabang genetika yang membahas pewarisan sifat-sifat terukur (kuantitatif atau metrik), yang tidak bisa dijelaskan secara langsung melalui hukum pewarisan Mendel42. Genetika molukuler, cabang genetika yang mengkaji bahan genetik dan ekspresi genetik di tingkat subselular (di dalam sel)43. Genetika , cabang genetika yang membahas transmisi bahan genetik pada ranah populasi44. Ginekologi, ilmu yang khusus mempelajari penyakit-penyakit sistem reproduksi wanita (rahim, vagina dan ovarium)45. Genomika, ilmu yang mempelajari tentang bahan genetik dari suatu organisme atau virus46. Harpetologi, ilmu yang mempelajari reptilia dan ampibia (ular dan kadal)47. Hematologi, ilmu yang mempelajari darah, organ pembentuk darah dan penyakitnya48. Histologi, ilmu yang mempelajari tentang jaringan49. Higiene, ilmu yang mempelajari tentang kesehatan makhluk hidup50. Ikhtiologi, Ilmu yang mempelajari tentang ikan51. Imunologi, Ilmu yang mempelajari tentang sistem kekebalan (imun) tubuh52. Kardiologi, ilmu yang mempelajari tentang jantung dan pembuluh darah53. Karsinologi, ilmu yang mempelajari tentang crustacean54. Limnologi, ilmu yang mempelajari tentang rawa55. Malakologi, ilmu yang mempelajari tentang molusk56. Mamologi, ilmu yang mempelajari tentang mammalia57. Metabolomika, kajian dalam biologi molekular yang memusatkan perhatian pada keseluruhan produk proses enzimatik yang terjadi di dalam sel58. Mikobiologi, ilmu yang mempelajari tentang jamur59. Mikrobiologi, ilmu yang mempelajari tentang organism60. Miologi, ilmu yang mempelajari tentang otot61. Mirmekologi, ilmu yang mempelajari tentang rayap62. Morfologi, ilmu yang mempelajari tentang bentuk atau ciri luar organisme63. Nematologi, ilmu yang mempelajari tentang nematod64. Nefrologi, cabang medis internal yang mempelajari fungsi dan penyakit ginjal65. Neurologi, Ilmu yang menangani penyimpangan pada sistem sara66. Organologi, ilmu yang mempelajari tentang organ67. Onkologi, ilmu yang mempelajari tentang kanker dan cara pencegahannya68. Ontogeni, Ilmu yang mempelajari tentang perkembangan makhluk hidup dari zigot menjadi dewasa69. Ornitologi, ilmu yang mempelajari tentang burung70. Osteologi, ilmu yang mempelajari tentang tulang71. Oftalmologi, ilmu yang mempelajari tentang mata ( penyakit mata )72. Palaentologi, Ilmu yang mempelajari tentang fosil73. Paleobotani, ilmu yang mempelajari tumbuhan masa lampau74. Paleozoologi, ilmu yang mempelajari tentang hewan purba75. Palinologi, ilmu yang mempelajari polinomorf yang ada saat ini dan fosilnya, diantaranya serbuk sari, sepura, dinoflagelata, kista, acritarchs, chitinozoa, dan scolecodont, bersama dengan partikel material organik dan kerogen yang terdapat pada sedimen dan batuan sedimen76. Parasitologi, ilmu yang mempelajari tentang parasit77. Patologi, ilmu yang mempelajari tentang penyakit78. Patologi anatomi, ilmu yang mempelajari kelainan struktur mikroskopik dan makroskopik berbagai organ dan jaringan yang disebabkan penyakit atau proses lainnya79. Patologi Klinik, ilmu yang mempelajari kelainan yang terjadi pada berbagai fungsi organ atau sistem organ80. Pediatri, ilmu yang mempelajari masalah penyakit pada bayi dan anak81. Philogeni, Ilmu yang mempelajari tentang perkembangan makhlukhidup82. Primatologi, ilmu yang mempelajari tentang primata83. Proteomika, kajian secara molekular terhadap keseluruhan protein yang dihasilkan dari ekspresi gen di dalam sel.84. Protozoologi, ilmu yang mempelajari tentang protozoa85. Psikiatri, ilmu kedokteran jiwa86. Pteridologi, ilmu yang mempelajari tentang tumbuhan pak87. Pulmonologi, ilmu yang mempelajari tentang paru-par88. Radiologi, ilmu untuk melihat bagian dalam tubuh manusia menggunakan pancaran atau radiasi geombang, baik gelombang elektromagnetik maupun gelombang mekanik89. Reumatologi, ilmu yang ditujukan untuk diagnosis dan terapi kondisi dan penyakit yang mempengaruhi sendi, otot, dan tulang90. Rekayasa Genetika, ilmu yang mempelajari tentang manipulasi sifat genetis91. Rodentiologi, ilmu yang mempelajari tentang rodentia92. Sitologi, ilmu yang mempelajari tentang sel93. Sanitasi, ilmu yang mempelajari tentang lingkungan94. Taksonomi, ilmu yang mempelajari tentang sistematika makhluk hidup95. Teknik Biokimia, cabang ilmu dari teknik kimia yang berhubungan dengan perancangan dan konstruksi proses produksi yang melibatkan agen biologi96. Teratologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perubahan formasi dari sel, jaringan, dan organ yang dihasilkan dari perubahan fisiologi dan biokimia.97. Toksikologi adalah pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh bahan kimia yang merugikan bagi organisme hidup.98. Transkriptomika, bagian dari biologi molekular yang mengkaji tentang produk transkripsi secara keseluruhan (transkriptom)99. Urologi, cabang ilmu kedokteran yang mencakup ginjal dan saluran kemih pada pria dan wan ita baik dewasa dan anak serta organ reproduksi pada pria100. Virologi, ilmu yang mempelajari tentang virus101. Zoologi, ilmu yang mempelajari tentang hewan

PIDATO ANTI NARKOBA

Assalamu’alaikum Wr Wb

Selamat pagi. Salam sejahtra bagi kita semua.
Yang terhormat Ibu Kepala Sekolah.
Yang terhormat Bapak/Ibu dewan Guru beserta Staf Tata Usaha.
Dan teman-temanku yang berbahagia.

Marilah kita ucapkan puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat karunia-Nya yang mana kita telah diberi kesehatan sehinggga masih bisa berkumpul disini dalam keadaan sehat.
Bapak-Ibu dewan Guru serta teman-teman yang saya sayangi. Disini izinkanlah saya menyampaikan satu atau dua patah kata. Yang saya ingin sampaikan Selamat Hari Kesehatan Nasional bagi kita semua.
Teman-temanku yang saya sayangi dari tahun ketahun kita mengalami perubahan yang sangat pesat, dari situlah kita harus menjaga pergaulan kita sebaik mungkin karena banyak teman kita yang sudah salah melangkah dalam menentukan masa depan. Dan mereka pun juga semua banyak yang terjerumus kedunia NARKOBA.
Perlu teman-teman ketahui!
Narkoba adalah salah satu jenis obat psikotropika. Obat ini dalam dunia kedokteran digunakan sebagai obat penenang pada pasien yang mengalami depresi dan sebagai obat bius untuk operasi. Namun, saat ini fungsinya banyak salah digunakan oleh para remaja.
Narkoba mereka gunakan sebagai obat penghilang stress dan bahkan suatu trend masa kini, yang sangat disukai para remaja. Narkoba dalam dunia remaja bisa masuk dari mana saja. Bila narkoba sudah masuk dalam dunia kita, sangatlah sulit bila untuk kita lepas darinya.
Teman-teman ku?
Banyak sekali kerugian yang timbul dari narkoba dalam hidup kita. Sebagai salah satu: Bila seseorang pecandu narkoba sudah tentu hidupnya akan hancur. Dan masa depannya pun akan suram. Apalagi bila ada dia akan masuk kerja atau pun masuk perguruan tinggi. Pada tes kesehatan dia tidak akan lulus. Yang mengakibatkan tidak ada lagi masa depan yang cerah untuknya maka janganlah sekali-kali kita masuk atau pun mencoba narkoba. Dalam kondisi dan alasan apapun sebagai generasi muda dan penerus bangsa. Mari kita isi kemerdekaan ini dengan selalu belajar dan menjunjung harkat dan martabat bangsa ini. Katakan dan tanamkan dalam diri kita
SAY NO TO DRUG!!!!
Demikian pidato saya pada pagi hari yang indah dan cerah ini. Semoga pidato apa yang saya sampaikan ini bermanfaat bagi kita semua. Dan selanjutnya apa bila ada tutur kata dan sikap saya kurang berkenan dihati hadirin sekalian saya mohon maaf.
Sekian dan selamat pagi.

Wassalamu’alaikum Wr Wb.

CONTOH MAKALAH YANG BAIK DAN BENAR

CONTOH MAKALAH

BAB 1 PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Penelitian
Sesuai dengan adanya tugas pembuatan makalah dalam mata pelajarang Bahasa Indonesia dengan itu tim kami dengan sepakat membuat makalah dengan judul “ Sejarah Kerajinan Batu di Desa Sidoarjo”. Yang kami anggap sebagai bahan kajian kami yang sangat menarik.

B. Masalah Penelitian
  • Bagaimana awal berdirinya kerajinan batu di desa Sidoharjo?
  • Bagaimana perkembangan kerajinan batu di desa Sidoharjo?
C. Tujuan Penelitian
  • Untuk mengetahui bagaimana awal berdirinya kerajinan patung di desa Sidoharjo.
  • Untuk mengetahui bagaimana perkembangan kerajinan patung di desa Sidoharjo
BAB 2 KERANGKA TEORI
  • Kisah Anathapindika (Sang Pendukung Utama Buddha)
Setiap kali menetap di Savatthi, Anathapindika selalu mengunjungi Sang Buddha. Ada kala Buddha melakukan perjalanan ke luar Savatthi, sehingga Anathapindika merasa kehilangan, tanpa objek pemujaan yang nyata. Sebab itu, suatu hari ia memberitahu Y.M. Ananda mengenai hasratnya untuk membuat altar puja. Ketika Y.M. Ananda meminta petunjuk kepada Buddha, Beliau menyatakan bahwa ada tiga jenis pemujaan, yakni:
  • Objek Fisik
  • Objek Pengingat
  • Objek Perwakilan
Jenis yang pertama adalah relik (Sarira), objek pemujaan yang berhubungan dengan jasmani dari Buddha setelah Parinibbana, disimpan di stupa;
Jenis kedua adalah objek pemujaan yang memiliki hubungan dengan 'Yang Tercerahkan' dan telah digunakan oleh Beliau (Paribhogika), seperti mangkuk pindapata;
Jenis ketiga adalah simbol yang tampak (Uddesika).

Dari ketiga pendukung pemujaan ini, yang pertama belum memungkinkan selama Bhagav? masih hidup.
Yang ketiga tidaklah sesuai bagi mereka yang tidak terpuaskan hanya dengan gambar atau simbol. Maka yang tersedia adalah hal kedua.

Pohon Bodhi di Uruvela tampaknya merupakan objek terbaik yang berfungsi sebagai pengingat pada Bhagav?. Dibawah pernaungannya Beliau telah menemukan pintu menuju Tanpa-kematian, dan telah berjasa memberi pernaungan selama minggu pertama pencerahan Beliau. Maka diputuskan untuk menanam tunas pohon ini di Savatthi.

Y.M. Mahamoggallana membawa potongan dari pohon asli, yang kemudian ditanam di gerbang Jetavana di hadapan orang-orang istana dan para bhikkhu serta umat awam yang terkenal. Y.M. Ananda memberikan anak pohon itu kepada raja untuk upacara penanaman. Namun Raja Pasenadi membalas, dengan penuh kerendahan hati, bahwa ia menjalani hidup ini hanya sebagai pengurus posisi raja. Akan jauh lebih sesuai bagi seseorang yang dekat dengan Ajaran untuk menanam pohon itu. Maka ia memberikan anak pohon itu kepada An?thapindika, yang berdiri di sebelahnya.

Pohon itu tumbuh dan menjadi objek pemujaan para umat awam yang berbakti. Atas permintaan Y. M. Ananda, Sang Buddha menghabiskan semalam duduk di bawah pohon itu untuk menganugerahkan pentahbisan istimewa yang lain. Anathapindika seringkali pergi ke pohon itu dan menggunakan ingatan yang berhubungan dengannya dan semangat spiritual yang diterimanya di sana untuk memusatkan pikirannya kepada Sang Bhagava.
(Jat. 479)
Dari kisah diatas, patung termasuk dibagian ketiga, yaitu sebagai objek perwakilan, simbol yang tampak. Fungsinya sendiri sebagai pengingat, sebagai simbol yang mengingatkan kita akan sosok Buddha sebagai teladan hidup kita semua.
Sedangkan asal mula patung sendiri dimulai pada masa Yunani memasuki India. Perpaduan antara budaya Yunani klasik dan Buddhis memunculkan bentuk manifestasi seni aliran Buddha-Yunani yang berkembang selama hampir 1.000 tahun di Asia Tengah. Seni Buddha-Yunani memiliki ciri khas realisme idealistik seni Yunani Helenis dan merupakan perwujudan pertama Sang Buddha dalam bentuk manusia, yang telah membantu membentuk kanon seni dan terutama teknik perpatungan Buddha di seluruh benua Asia sampai sekarang. Seni juga merupakan contoh unik perpaduan budaya antara tradisi Barat dan Timur yang tak tercapai dalam bentuk seni yang lainnya sampai tahap ini.
Asal mula seni Buddha-Yunani bisa ditemukan di kerajaan Baktria-Yunani yang Helenistik dan berdiri antara tahun (250 SM - 130 SM), dan sekarang terletak di Afganistan, dari mana budaya Helenistik Yunani tersebar ke anak benua India dengan didirikannya kerajaan Yunani-India (180 SM-10 SM). Di bawah kaum Yunani-India (Yawana) dan kemudian Kushan, interaksi antara budaya Yunani dan Buddha berkembang di daerah Gandhara, yang sekarang terletak di Pakistan bagian utara, sebelum menyebar lebih lanjut ke India, mempengaruhi kesenian Mathura, dan kemudian kesenian Buddha kekaisaran Gupta, yang juga menyebar ke Asia Tenggara. Pengaruh seni Buddha-Yunani juga menyebar ke utara menuju Asia Tengah, dan dengan kuat membentuk kesenian dataran rendah Tarim di pintu gerbang ke Tiongkok, dan akhirnya pengaruhnya mencapai Tiongkok, Korea dan Jepang.

Langsung setelah India diinvasi oleh orang Yunani untuk membentuk kerajaan Yunani-India, perpaduan antara unsur-unsur Helenistik dan Buddha mulai muncul. Hal ini juga didukung oleh sikap para raja-raja Yunani yang terbuka terhadap agama Buddha. Maka gaya seni ini berkembang selama beberapa abad dan tampaknya berkembang lebih lanjut semasa kekaisaran Kushan mulai abad pertama Masehi.
Kurang lebih antara abad pertama SM dan abad pertama, perwujudan Buddha secara antropomorfis (bentuk manusiawi) pertama dikembangkan. Inovasi ini, yang sebenarnya dilarang ajaran Buddha, langsung meraih kecanggihan kualitas tinggi dari bentuk seni perpatungan. Gaya ini secara alami diilhami gaya seni pemahatan patung yang berasal dari Yunani Helenistik.
Banyak unsur-unsur stilistik dalam menggambarkan sang Buddha merujuk kepada pengaruh Yunani: toga model Yunani, pose contrapposto Buddha yang, rambut keriting gaya Laut Tengah dan sanggul atas yang nampaknya diambil dari gaya Belvedere Apollo(330 SM), dan ciri rupa wajah-wajah, semua dibuat menggunakan realisme artistik yang kuat.
Sang raja Baktria-Yunani Demetrius I (205-171 SM) sendiri, kemungkinan besar adalah model citra Sang Buddha. Ia adalah raja dan penyelamat India, seperti ditekankan oleh penerusnya Raja Apollodotus I dan Menander I, yang secara resmi disebut sebagai Basileos Sothros "Raja Penyelamat" dalam legenda dwibahasa Yunani dan bahasa Kharoshthi pada koin-koin mereka. Demetrius disebut sebagai Dharmamitra (Mitra Dharma) dalam teks India Yuga-Purana. Agama Buddha berkembang pada pemerintahannya dan penerusnya, ketika agama ini ditindas oleh dinasti India, Sunga di sebelah Timur.
Patung-patung Buddha Helenistik awal menggambarkannya dalam gaya seorang raja, di mana simbol-simbol tradisional Buddha (Mandala, Singgasana kosong, Pohon Bodhi, Singa-singa) tidak ada. Demetrius kemungkinan dikeramatkan sebagai dewa, dan patung-patung Buddha Helenistik pertama yang kita ketahui kemungkinan merupakan gambaran dari raja Yunani yang ideal, berwibawa, namun ramah dan terbuka terhadap budaya India. Ketika semakin banyak unsur Buddha dimasukkan, mereka menjadi pusat dalam aliran Buddha dan mempengaruhi representasi Buddha dalam seni Buddha-Yunani yang lebih mutakhir.
Sebuah ciri khas lain Demetrius ialah bahwa beliau diasosiasikan dengan Buddha: mereka sama-sama memiliki dewa pelindung yang sama. Di seni Gandhara, Sang Buddha seringkali diperlihatkan di bawah perlindungan dewa Yunani Herakles, yang berdiri dengan gadanya (dan kemudian dengan tongkat intan) yang disandarkan pada lengannya. Representasi Herakles yang kurang lazim ini sama dengan yang ada di belakang koin Demetrius, dan hal ini hanya diasosiasikan kepadanya (dan putranya Euthydemus II), dan hanya terlihat pada sisi belakang koin-koinnya.

Kemudian, figur Sang Buddha dimasukkan dalam desain-desain arsitektural seperti pilar-pilar kolom Korintus dan membeku. Adegan-adegan kehidupan Buddha juga sering digambarkan dalam sebuah suasana arsitektoral Yunani dengan para protagonis memakai pakaian Yunani.

Jadi, asal mula perpatungan Buddha yang ada saat ini merupakan perkembangan dari bentuk seni Buddha-Yunani yang berkembang beberapa abad yang lalu.
Patung Buddha yang ada pada saat ini sering disalah-artikan dan disalahgunakan sebagai objek untuk meminta ampun, meminta pertolongan maupun konsultasi masalah hidup. Yang lebih parah lagi, patung-patung tersebut dianggap sebagai suatu personal yang hidup hingga terdapat begitu banyak pantangan agar tidak menyentuh patung Buddha sebelum mencuci tangan, membersihkan patung Buddha dengan berbagai macam kembang, hingga yang paling buruk, menganggap didalam patung Buddha tersebut terdapat Buddha-nya.
Hal tersebut justru dapat memperburuk citra Buddhis. Patung-patung tersebut hanya sebatas objek pengingat, perwakilan Buddha dan simbol keteladanan agar kita selalu ingat.

BAB 3 METODE PENELITIAN
Metode Kalitatif Metode Kalitatif yaitu : Penelitian kualitatif disebut juga penelitian naturalistik, interpretatif, konstruktivis, naturalistik-etnografik, pendekatan fenomenologis dan penelitian dengan pola pencarian dari dalam. memulai kegiatannya dengan konsep-konsep yang sangat umum, kemudian selama penelitian, konsep-konsep yang sangat umum itu diubah-ubah dan direvisi sampai bertemu dengan kesimpulan yang sangat kuat. Dengan kata lain, variabel ditemukan dan dirumuskan kembali, bukan di awal. variabel merupakan produk penelitian yang ditemukan kemudian. penelitian kualitatif menggunakan lensa besar dan menampak serta memperhatikan pola-pola saling berhubungan antara berbagai variabel yang sebelumnya belum pernah ditemukan. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan holistik, menyeluruh. Penelitian kualitatif menjadikan peneliti sendiri sebagai instrumen penelitian untuk mengumpulkan data atau informasi.

BAB 4 ANALISIS DATA 
  • Selayang Pandang
Desa Tamanagung adalah salah satu sentra Kerajinan Pahat Batu yang cukup terkenal di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Dari 16 dusun yang ada di desa ini empat di antaranya mayoritas penduduknya bekerja sebagai perajin pahat batu. Keempat dusun tersebut adalah Dusun Ngawisan, Ngadiretno, Tejowarno, dan Prumpung. Dusun yang disebutkan terakhir ini merupakan cikal-bakal sentra Kerajinan Pahat Batu di Desa Tamanagung. Sejak dulu hingga sekarang dusun ini dikenal sebagai pemahat patung batu dengan menggunakan batu andesit sebagai bahan material utamanya. Dipilihnya batu andesit sebagai bahan material karena letak dusun ini berdekatan dengan lereng Gunung Merapi yang merupakan kawasan bebatuan yang melimpah ruah. Bebatuan tersebut berasal dari cairan lava panas yang tersembur dari dalam gunung lalu mengalir ke bawah, dan akhirnya membeku menjadi bebatuan.
Menurut cerita, bahan baku untuk pemugaran Candi Borobudur diambil dari Lereng Gunung Merapi tersebut. Ketika itu, Dusun Prumpung merupakan tempat transit bahan baku sebelum dibawa ke Candi Borobudur karena memang letaknya yang cukup strategis, yaitu berada tepat di tengah-tengah antara Lereng Gunung Merapi dengan Candi Borobudur. Pada tahun 1930, tiga orang pemahat batu dari Dusun Prumpung ini dipekerjakan oleh Theodoor Var Erp untuk memugar Candi Borobudur. Salah satu dari ketiga orang tersebut adalah Salim Djajapawiro. Dari keturunan Salim Djajapawiro inilah seni pahat batu mulai nampak dan berkembang di Dusun Prumpung.
Doelkamid Djajaprana atau yang akrab dipanggil Djayaprana adalah salah seorang putra Salim Djajapawiro yang disebut-sebut sebagai perintis kerajinan pahat batu di Dusun Prumpung pada tahun 1953. Berawal dari idenya, Djajaprana mengajak dua orang saudaranya Ali Rahmad dan Karin mencoba untuk memahat batu berbentuk kepala Buddha dengan mencontoh patung Buddha di Candi Borobobudur. Pada mulanya, mereka ragu-ragu untuk memulainya karena takut dianggap melanggar ajaran agama Buddha atau dianggap berdosa. Namun, dengan modal nekad, akhirnya berhasil membuat sebuah kepala patung Buddha yang sama persis patung Buddha di Borobudur. Alhasil, arca kepala Buddha buatan mereka berhasil dijual kepada seorang pedagang dari daerah Sumatera dengan harga Rp. 150,00. Berawal dari situlah, Djajaprana bersama kedua saudaranya mendirikan Sanggar Pahat Batu Sanjaya pada tahun 1960.

Pada mulanya, Djajaprana bersama kedua saudaranya masih memproduksi arca kepala Buddha di sanggar yang baru didirikannya. Tatkala ia mendapat dukungan dari Jenderal Gatot Subroto, usahanya pun kian berkibar dengan memproduksi berbagai bentuk kerajinan pahat batu berupa gapura. Melihat kesuksesan tersebut, warga di sekitarnya pun beramai-ramai ngangsu kaweruh (menimbah ilmu) kepada pria kelahiran tahun 1969 itu bersaudara sehingga Dusun Prumpung semakin ramai dengan perajin pahat batu. Sejak itulah, nama dusun ini diganti menjadi Sidoharjo. Kata “Sidoharjo†dalam bahasa Jawa terdiri dari dua kata yaitu sido yang berarti jadi, dan harjo yang berarti ramai. Jadi, Dusun Sidoharjo dapat diartikan sebagai dusun menjadi ramai.

Tidak hanya warga Sidoharjo, warga dari dusun lain di Tamanagung dan bahkan dari desa-desa sekitarnya pun ikut mengembangkan kerajinan pahat batu di daerah mereka. Mulai saat itu pertumbuhan sanggar pahat batu di Desa Tamanagung semakin menjamur setiap tahunnya. Dari tahun 1960-1970 telah berdiri sekitar 14 sanggar pemahat, kemudian tahun 1970-1980 bertambah menjadi 38 sanggar, dan sekitar 1980-1985 bertambah lagi menjadi 45 sanggar. Hingga saat ini, sekitar 5 km di sepanjang lingkar jalan Muntilan-Borobudur-Magelang terdapat ratusan pemahat dan pengusaha kerajinan pahat batu, mulai dari yang muda hingga yang tua. Para perajin tersebut tidak hanya memproduksi berbagai kerajinan pahat batu dalam segala model, misalnya miniatur candi, patung Buddha, gupala, ganesha, patung antik Wisnu dan Siwa, cobek, ulekan, meja kursi batu, lampion, air mancur, gapura klasik, relief, dan sebagainya.

Sekitar tahun 1970-an, seorang pemahat dari Bali bernama I Nyoman Alim Musthapa yang menikah dengan gadis Desa Sidoharjo memperkenalkan kreasi baru dengan gaya seni patung klasik Bali. Dengan kreasinya yang khas Bali tersebut, I Nyoman kemudian memperoleh pasar modern dengan membangun berbagai fasilitas hotel seperti Hotel Sheraton Solo, Sheraton Surabaya, Senggigi Hotel, Bali Imperial Hotel, dan sebagainya. Demikian pula kreasi-kreasi para perajin dari Desa Sidoharjo juga mulai menyebar ke berbagai kota seperti Yogyakarta, Bandung, Jakarta, Semarang, dan bahkan diekspor dalam jumlah besar ke Belanda, Austria, Jepang, Hongkong, Amerika Serikat, Malaysia, Singapura, Chili, Jerman, Eropa, dan lain-lain.

Produk kerajinan pahat batu yang banyak diminati oleh wisatawan mancanegara yaitu berupa patung-patung klasik seperti patung Buddha, Dewi Sri, dan Dewi Tara. Pesanan dari mancanegara ini bisa mencapai satu kontainer. Sementara itu, wisatawan domestik lebih menyukai patung klasik ataupun kreasi baru berupa lampion. Jika sedang banjir pesanan, omset seorang pemilik sanggar yang dibantu oleh beberapa orang pemahat bisa mencapai ratusan juta rupiah perbulan.

Harga produk kerajinan pahat batu pun bervariasi, tergantung kualitas pembuatannya. Masing-masing sanggar menentukan sendiri harganya karena hasil pengerjaannya juga berbeda-beda, ada yang halus dan pula yang kurang. Yang jelas harga yang ditawarkan oleh para perajin tergantung pada jenis, ukuran, dan kualitas sebuah produk dengan harga mulai dari kisaran puluhan ribu hingga ratusan juta rupiah. Lampion misalnya, harganya berkisar antara 100-500 ribu rupiah, relief Borobudur per meter persegi dihargai 1-1,5 juta rupiah, patung gupala berukuran 80 cm dijual seharga 1,5-2 juta rupiah, sedangkan yang berukuran 1 meter dihargari sekitar 4-5 juta.
  • Keistimewaan
Desa Tamanagung adalah salah satu obyek wisata desa yang banyak diminati oleh para wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Di desa ini terdapat ratusan sanggar pahat batu yang memproduksi berbagai jenis, bentuk, dan ukuran kerajinan pahat batu yang terbuat dari bahan alami seperti batu putih, batu granit, maupun batu lava (batu candi). Wisatawan tidak hanya disuguhkan hasil kerajinan pahat batu yang sudah jadi, tetapi juga dapat memesan langsung sesuai dengan selera pemesan. Bahkan, tidak jarang pemesan sudah mempunyai sampel atau desain produk untuk didiskusikan bersama pemahat pada saat pemesanan berlangsung.
Selain itu, para perajin pahat batu di desa ini mampu melayani pesanan patung untuk berbagai keperluan dengan variasi ketinggian mulai dari ukuran 50 cm hingga puluhan meter. Para perajin juga sering mendapat pesanan untuk membuat tiruan berbagai bangunan bersejarah di beberapa negera seperti Angkor Wat di Kamboja, Pagoda Dagong Shwe di Myanmar, atau Istana Potala di Tibet. Selain patung-patung klasik dan bangunan bersejarah, para perajin juga melayani pesanan patung untuk keperluan interior dan exterior hotel, perkantoran, biara, maupun klenteng.
Tidak hanya itu, wisatawan yang berkunjung ke Desa Tamanagung juga dapat menyaksikan langsung para pemahat membuat berbagai kreasi kerajinan pahat batu. Di sana wisatawan dapat mengetahui bahwa untuk menghasilkan kreasi pahat batu, khususnya patung batu, yang bisa mengeluarkan aura tertentu memang tidaklah mudah, tetapi harus melalui tangan-tangan terampil para perajin, mempunyai jiwa seni serta perasaan yang halus dan ketulusan hati. Sebagai pekerja seni, imajinasi seorang perajin harus menjelajah ke mana saja, baik ke dunia mistis, etnis, religi, humor, bahkan ke hal-hal porno (menurut ukuran sebagian orang), demi menghasilkan karya seni yang mengagumkan.
Berkunjung ke desa ini, wisatawan juga dapat melihat berbagai teknik yang digunakan oleh para perajin dalam membuat kerajinan pahat batu. Seorang perajin terkadang menggunakan teknik tersendiri yang tidak digunakan oleh perajin lainnya. Misalnya untuk membuat kesan kuno pada sebuah patung atau arca, para perajin pada umumnya menggunakan bahan-bahan yang hampir sama yaitu berupa teh, kunyit, gambir, dan tanah liat. Namun, sebagian dari perajin, selain mencampurkan bahan-bahan tersebut juga menambahkannya dengan air accu (air aki) yang berfungsi untuk memperbesar pori-pori patung. Setelah berbagai bahan tersebut dioleskan ke seluruh permukaan patung, patung tersebut kemudian dibakar dengan kayu bakar. Teknik yang lebih unik lagi yaitu seusai dilumuri berbagai ramuan, patung tersebut dikubur di dalam tanah selama satu tahun lebih.
  • Lokasi
Sentra Kerajinan Pahat Batu Desa Tamanagung terletak di Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia.
  • Akses
Sentra Kerajinan Pahat Batu Desa Tamanagung sekitar 29 kilometer dari Yogyakarta, atau sekitar 12 kilometer dari Candi Borobudur, atau lebih kurang 125 dari Kota Semarang. Dari arah Kota Yogyakarta, pengunjung dapat menggunakan kendaraan umum maupun pribadi. Jika menggunakan kendaraan umum, pengunjung dapat naik bus jurusan Yogyakarta-Semarang di Terminal Giwangan atau di Terminal Jombor.
  • Tiket
Wisatawan yang berkunjung ke Sentra Kerajinan Pahat Batu Desa Tamanagung tidak dipungut biaya.
  • Akomodasi dan Fasilitas
Sentra Kerajinan Pahat Batu ini berada pada jalur perjalanan wisata menuju Candi Borobudur dan Semarang dari arah Kota Yogyakarta. Dengan demikian, wisatawan dapat dengan muda menemukan berbagai fasilitas seperti penginapan, hotel, warung makan, dan pusat oleh-oleh makanan khas Magelang di sepanjang lingkar jalan raya Yogyakarta-Muntilan-Semarang.

BAB 5 KESIMPULAN
  • Kesimpulan
Sesuatu yang semula tidak ada dan dapat hadir dalam kehidupan sehari-hari kita. Seperti itulah perkembangan kerajinan batu yang ada di Desa Sidoharjo. Yang berawal dari percobaan hingga menjadikan kebiasaan bagi warga sekitar dan dapat menjadi mata pencaharian bagi penduduk di sekitar Desa Sidoharjo